Kamis, 24 Januari 2013

Sebuah Benda Mencurigakan Ditemukan di Bandara Soekarno-Hatta

Sebuah Benda Mencurigakan Ditemukan di Bandara Soekarno-Hatta

Jumat, 25 Januari 2013 12:14 WIB

Jakarta, (tvone)

Tim Gegana Brimob Polda Metro Jaya memeriksa benda paket mencurigakan di Kargo Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

"Informasinya sekitar sejam yang lalu, tim (Gegana) telah memeriksa," kata Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Chairul Nur Alamsyah di Jakarta, Jumat.

Chairul mengatakan petugas belum mengetahui isi benda mencurigakan yang ditemukan di kargo barang Bandara Internasional Soekarno-Hatta tersebut.

Chairul menuturkan petugas Polres Metro Bandara Soekarno-Hatta melaporkan adanya penemuan benda mencurigakan tersebut kepada Polda Metro Jaya.

Tim Gegana Polda Metro Jaya telah memasang garis polisi dan memperketat lokasi, agar masyarakat tidak mendekat ke tempat penemuan benda tersebut.(ANT)

TERNYATA, AKU JUGA BERGUNA SEPERTI BAGIAN YANG LAIN

TERNYATA, AKU JUGA BERGUNA SEPERTI BAGIAN YANG LAIN
01/11/2012 - Kategori : Info Daerah

“ TERNYATA, AKU JUGA BERGUNA SEPERTI BAGIAN YANG LAIN…………”

Dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat, khususnya pelaku utama kelautan dan perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan program yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan pencapaian sasaran, dimana peningkatan SDM Kelautan dan Perikanan tidak hanya menjadi tanggung jawab Balai Diklat Perikanan yang hanya ada 6 unit di Indonesia (Bitung, Ambon, Banyuwangi, Tegal, dan Belawan serta Sukamandi), namun juga menjadi tanggung jawab lembaga pelatihan Kelautan Perikanan mandiri yang ditetapkan menjadi Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP).  Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.01/MEN/2011 tanggal 18 Januari 2011 tentang Pembentukan dan Pengembangan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan, maka beban tanggung jawab Balai Pelatihan mulai terbagi.

Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) adalah lembaga pelatihan/permagangan di bidang kelautan dan perikanan yang dibentuk dan dikelola oleh pelaku utama maju di bidang kelautan dan perikanan baik perorangan  maupun kelompok.  P2MKP adalah wujud partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam pengembangan sumberdaya manusia melalui pelatihan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Kota Balikpapan yang merupakan kota transit juga sudah dicanangkan sebagai kota  sentra Pengolahan Perikanan yang cukup untuk diperhitungkan dimana perusahan perusahan pengolahan ikan, bahkan pengolah rumahan serta pelaku utama dan UKM juga sangat memberikan andil dalam mengisi pembangunan ekonomi di Kota Balikpapan    

“Torani Food” adalah salah satu P2MKP yang ada di tengah Kota Balikpapan yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sekaligus meramba peluang bisnis  melalui Restoran yang cukup besar dan terkenal dengan produk makanan khas bahan baku ikan bandeng. Selain itu cukup banyak produk yang dihasilkan oleh P2MKP ini, antara lain bandeng tanpa duri dan diversifikasi olahannya berupa  amplang ikan bandeng, kerupuk, bakso, nugget, dan sekaligus yang sangat khas adalah, bandeng crispy dan  “Abon Duri Bandeng”

Balai Diklat Perikanan Aertembaga Bitung sebagai salah satu institusi yang bergerak dalam bidang pelatihan, menindaklanjuti kebijakan yang sudah diambil pemerintah dengan menggandeng P2MKP “Torani Food” untuk menjadi mitra kerja Balai dalam mempercepat sasaran yang diinginkan dengan melaksanakan Pelatihan Pengolahan dan pemasaran Bandeng di Kecamatan Balikpapan Timur sebagai kawasan sentra pengolahan hasil perikanan termasuk  bandeng.  Pelatihan dilaksanakan secara paralel sebanyak 2 angkatan yaitu angkatan 1 dan 2  sejak tanggal 11 s.d 14 Oktober 2012 dengan jumlah peserta 20 orang masing-masing angkatan berjumlah 10 orang pengolah. Pelatihan yang berlangsung  selama 4 (empat) hari dirasakan sangat bermanfaat bagi peserta terlihat dari minat peserta yang cukup besar bahkan melebihi target dan harus diseleksi lagi agar sesuai dengan jumlah yang ditentukan.

Peserta sangat antusias untuk mempelajari posisi duri yang ada di daging bandeng dan bagaimana cara mencabut duri tersebut tanpa merusak tekstur dari daging ikan.  Para peserta sangat tertarik dengan pelatihan ini, bahkan sebagian dari mereka berniat untuk mempelajari dengan benar materi agar dapat menjadi ahli dalam mencabut duri bandeng sehingga bisa menjadi mitra atau pemasok bahan baku bandeng tanpa duri kepada “Torani Food” Restoran. Sempat terucap dari mulut Ketua Kelas “Normuhfidah”, ternyata tidak gampang mencabut duri bandeng bila tidak tahu posisi durinya ada dimana dan berapa jumlah duri yang ada dibadan ikan bandeng. Kata beliau suatu saat dia akan menjadi “pakar pencabut duri bandeng” dan sekaligus memanfaatkan duri bandeng yang selama ini selalu terbuang bahkan sangat ditakuti oleh konsumen, agar menjadi olahan makanan yang saat ini menjadi salah satu produk olahan yang lagi trend di Torani Food Restoran yaitu “Abon Duri Bandeng “Disamping itu proses pengolahannya pun tidak terlalu rumit dengan menggunakan peralatan yang cukup sederhana. 

Pengelola P2MKP “Torani Food” bpk. Sundusing Madya dalam sambutannya saat membuka kegiatan pelatihan ini menyatakan terima kasih kepada KKP melalui Balai Diklat Perikanan Aertembaga  karena sudah memberikan kesempatan kepada Torani Food untuk eksis ditengah masyarakat dengan bermitra untuk melaksanakan kegiatan mandiri dibidang pengolahan ikan khususnya bandeng, dan berharap kedepan Balai Diklat Perikanan Aertembaga dapat bekerjasama dengan Torani Food untuk memberikan bimbingan dan pelatihan teknis pengolahan bandeng tanpa duri kepada masyarakat pengolah atau pelaku utama di Kota Tarakan yang selama ini menjadi pemasok terbesar Bandeng untuk Torani Food Restoran yang sekarang sedang dalam tahap pengembangan dengan membuka frenchise di beberapa kota besar, dan  tentunya sangat memerlukan SDM pencabut duri bandeng yang memadai dan profesional agar dapat memasok bahan baku bandeng tanpa duri ke Torani Food Restoran, bahkan sampai ke cabang cabangnya yang sudah tersebar di beberapa kota besar. Dengan produksi ikan bandeng yang melimpah, tanpa mempunyai SDM yang smart dan professional dalam mengolah bandeng tanpa duri tentunya akan sulit untuk memenuhi target yang diharapkan. Menurut beliau kebutuhan untuk Torani Food Balikpapan saja setiap hari mencapai sampai 100 kg, belum lagi  untuk memenuhi permintaan ke Jakarta  yang setiap bulan baru bisa dikirim 1,5 ton dari permintaan sebanyak 5 ton.

Pelatihan Pengolahan dan Pemasaran Bandeng bertempat di salah satu lokasi milik Torani Food Restoran yang juga sebagai lokasi P2MKP dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta pelatihan terhadap pengolahan bandeng tanpa duri dan diversifikasi olahannya.  Materi-materi yang diberikan meliputi, membuat bandeng tanpa duri, membuat kerupuk amplang bandeng,  bandeng crispy dan yang sangat khas adalah Abon Duri Bandeng.
Selain itu peserta juga dibekali dengan materi PMMT untuk mengetahui mutu ikan dan penanganannya, mengemas produk olahan bandeng, pemasaran hasil olahan bandeng dan kewirausahaan.

 ” Ternyata Aku juga berguna seperti bagian yang lain”, karena selama ini aku adalah bagian yang sangat ditakuti orang, namun dengan sedikit sentuhan teknologi dan kreasi ternyata aku juga bisa disukai dan digemari orang serta dapat memberikan nilai tambah (value added)..”Abon Duri Bandeng” itulah aku..
“Jayalah Pelaku Utama………bersama P2MKP”..
 
Sumber : BPPP Aertembaga

BENIH IKAN BERKUALITAS, KUNCI SUKSES INDUSTRIALISASI PERIKANAN BUDIDAYA

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) senantiasa menggiatkan pembangunan perikanan budidaya secara terpadu agar dapat menggenjot produksi perikanan budidaya. Sejalan dengan itu, KKP telah menetapkan 4 (empat) komoditas utama perikanan budidaya, yaitu udang, rumput laut, bandeng dan patin. Untuk mendukung industrialisasi perikanan budidaya, penyediaan benih bermutu dan induk unggul merupakan sarana produksi vital bagi pembudidaya. Demikian dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo usai penen lele dan penyerahan bantuan di Desa Banjar Manyar, Kec. Keteweldi Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (13/10).
Lebih lanjut Sharif menjelaskan, penyediaan bibit unggul merupakan faktor kunci dan strategis untuk dapat menggerakkan seluruh sumber daya dan potensi perikanan budidaya sehingga mampu berkontribusi terhadap pembangunan nasional. Benih memainkan peranan penting sebagai sarana produksi utama dalam mengoptimalkan sumber daya dan potensi perikanan budidaya. “Tersedianya benih bermutu bagi pembudidaya merupakan faktor utama di dalam siklus keberlanjutan produksi perikanan budidaya,” jelasnya.
Untuk itu, KKP sedang berupaya menyelesaikan panduan mengenai standar wilayah bagi pembangunan perikanan budidaya segera direalisasikan. Panduan tersebut akan mengadopsi prinsip kemudahan distribusi benih atau bibit serta sarana produksi lainnya di kawasan perikanan budidaya. Di lain sisi, KKP juga berupaya menciptakan iklim kondusif di dalam investasi benih, permodalan serta memfasilitasi penyediaan jaringan infrastruktur. Terkait dengan industri perbenihan, Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Subyakto menekankan pentingnya untuk meningkatkan produk benih ikan bermutu dalam memenuhi persyaratan yang diinginkan oleh pembudidaya dengan melakukan penerapan standar produksi perbenihan yang baik dan benar sesuai kaidah Cara Pembenihan Ikan Yang Baik (CPIB). “CPIB merupakan bentuk perhatian KKP terhadap keamanan produk perikanan budidaya mulai dari proses pembenihan hingga pembesaran yang berujung pada meningkatnya daya saing produk perikanan budidaya,” jelasnya.
KKP sendiri secara berkesinambungan akan terus mengembangkan sarana dan prasarana perbenihan baik di BBI,BBU lokal, UPR maupun Hatchery Skala Rumah Tangga. Adapun, untuk mengakselerasi pembangunan industri di sektor perikanan budidaya setidaknya diperlukan pengaturan dalam kriteria produsen. Peraturan tersebut menyangkut, skala usaha, izin produksi serta mekanisme kerja sama antar pelaku produsen benih. “peningkatan produksi perikanan budidaya tak terlepas dari dukungan Unit Pelayanan Teknis (UPT), sumber daya manusia, serta pemetaan rencana alokasi distribusi induk dan benih unggul”, ujar Slamet.
Untuk itu, KKP menempuh strategi intensifikasi, ekstensifikasi maupun diversifikasi untuk meningkatan produksi dan produktivitas perikanan budidaya. Kebijakan industrialisasi perikanan budidaya merupakan langkah transformatif dan terobosan bukan merupakan upaya terpisah dari kebijakan lain atau kebijakan sebelumnya, tetapi merupakan upaya terintegrasi yang saling memperkuat dalam rangka percepatan pencapaian kesejahteraan pembudidaya ikan. Seiring dengan itu, KKP akan melakukan pemantapan dan pemberlakuan sistem jaminan mutu di unit pembenihan ikan baik dari skala besar, kecil maupun pendederan. KKP membina UPT skala kecil dan pendederan agar dapat menerapkan pola usaha dengan penggunaan teknologi dan sarana produksi modern, biosecurity, penggunaan induk-induk unggul serta pakan berkualitas.
Produksi perikanan budidaya sendiri menunjukkan grafik positif berupa kenaikan signifikan, dari produksi sebesar 4,78 juta ton pada 2010 meningkat menjadi 6,97 juta ton pada 2011. Padahal capaian produksi budidaya tersebut belum dimanfaatkan secara optimal yang baru mencapai 11 persen, lantaran masih terdapat banyak lahan potensial yang belum digali. Tercatat, terdapat lahan pontesial tambak seluas 2.963.717 ha, yang baru terealisasi 682.858 ha. Sementara, potensi budidaya laut seluas 12.545.072 ha, dan baru terealisasi hanya 117.649 ha. Sementara itu, data Ditjen Perikanan Budidaya menyebutkan, produksi benih ikan air tawar dan benih ikan air payau/laut pada Triwulan III 2011, untuk ukuran rata-rata 1- 3 cm berjumlah 27.489.645.670 ekor. Pencapaian produksi benih ini sebagian besar dicapai oleh produksi benih ikan air tawar sebesar 49,95 persen.
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Read more: http://benihikan.net/category/kabar/#ixzz2J1UZ4VA9

Cara Memproduksi Benih Ikan Mas

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi ikan mas adalah dengan memproduksi benih ikan mas yang mempunyai laju pertumbuhan cepat. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara memproduksi benih ikan triploid.
Proses ini merupakan proses ginogenesis buatan, dimana didalamnya terdapat 2 tahapan penting, yaitu tahap pembuatan bahan genetik yang diperoleh dari ikan mas berkelamin jantan serta tahap peningkatan jumlah zigot yang normal (diploid) menjadi triploid.
Triploidisasi dapat dilakukan dengan cara memberikan efek kejut panas kepada telur secara periodik beberapa saat setelah telur ikan mas dibuahi. Cara ini dilakukan untuk mencegah berkurangnya kromosom betina pada waktu telur berada dalam fase berkembang.
Untuk membuat benih ikan mas triploid, ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu :
  • Memilih induk betina yang telah matang gonad.
  • Menyuntikkan kelenjar hipofisa terhadap ikan mas donor.
  • Proses striping terhadap induk betina untuk mendapatkan sel telur.
  • Menampung sel telur yang telah didapatkan.
  • Proses striping terhadap induk jantan untuk mendapatkan sel sperma.
  • Pengenceran sel sperma dengan menggunakan larutan fertilisasi.
  • Proses pembuahan sel telur.
  • Proses penetasan telur.
Telur yang sudah berhasil ditetaskan langsung dipelihara didalam akuarium selama kurang lebih 2 minggu.
Penentuan triploid atau tidaknya benih ikan mas dapat dilakukan dengan cara menganalisis panjang sel darah merahnya. Proses penganalisaan ini harus dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop.
Pengambilan sample darah dilakukan dengan cara memotong bagian ekor ikan mas. Setelah itu, darah langsung ditampung di gelas arloji berparafin untuk menghindari pembekuan.
Kemudian darah disedot dengan menggunakan hemasitometer hingga skala menunjuk ke angka 0,5. Pengencer juga disedot hingga skala menunjuk ke angka 101. Keduanya lalu dimasukkan ke dalam pipet untuk proses penyampuran.
Seyogyanya, ikan mas triploid akan berkembang menjadi ikan mas yang steril dikarenakan gagalnya kromosom homolog untuk berpasangan selama meiosis.
Ikan mas triploid akan mengalami perkembangan gonad yang lebih lambat jika dibandingkan dengan ikan mas normal (diploid) karena energi yang dimilikinya akan dihabiskan untuk tumbuh dan berkembang.
Sumber : Info Agribisnis Perikanan

Read more: http://benihikan.net/category/teknologi/#ixzz2J1TssInt

PERKEMBANGAN IKAN MAS KOLAM AIR DERAS (KAD)

Budidaya ikan mas di kolam air deras (running water system) merupakan teknologi yang diadopsi dari Jepang dan pernah popular di Indonesia sejak tahun 1980. Teknologi ini dianggap cocok dikembangkan di Indonesia karena banyak terdapat sumber air baik sungai maupun irigasi, dengan topografi yang memungkinkan air kolam dapat dikeringkan dengan cara gravitasi dan debit air minimal 100 liter/menit. Komoditas yang dibudidayakan adalah ikan mas dan nila. Sentra produksi ikan mas banyak dikembangkan di Provinsi Jawa Barat (Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta, Majalaya, Sumedang) dan Sumatera Barat, karena ikan mas merupakan ikan budaya penduduk pada kedua provinsi tersebut.
Sistem budidaya KAD pernah mengalami masa keemasan pada tahun 1995. Namun dengan adanya kasus penyakit Koi Herves Virus (KHV) yang terbawa oleh koi impor pembawa virus KHV pada tahun 2002 menyebabkan kematian massal ikan mas dan koi sehingga merugikan hampir seluruh pembudidaya ikan mas KAD di Indonesia. Penyakit ini masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan ikan hias koi. Serangan KHV menghancurkan industri budidaya ikan mas di Jawa Barat (Cirata, Jatiluhur, Subang, dan Bogor), Jawa Tengah, Jawa Timur (industri ikan koi), Bali (Danau Batur), Sulawesi (Danau Tondano), dan Sumatera (Lubuk Linggau dan Danau Maninjau) dalam waktu kurang dari 2 tahun. Usaha budidaya ikan mas KAD banyak ditinggalkan oleh pembudidaya dan banyak yang beralih ke komoditi ikan nila, sedangkan ikan mas saat ini banyak dibudidayakan di Karamba Jaring Apung (KJA).
Target pencapaian produksi nasional tahun 2011 budidaya air tawar masih diarahkan pada komoditas ungulan yakni gurami, nila, patin, lele dan mas dan target khusus ikan mas pada tahun 2011 mencapai 280.400 ton. Sasaran produksi ikan mas pada tahun 2010 sebesar 267.100 ton dan telah tercapai angka produksi sementara sebesar 374.112 ton dan sasaran produksi tahun 2010 telah melampaui dari target awal yang hanya dipatok. Sementara itu, produksi terbesar ikan mas tahun 2010 yaitu Provinsi Jawa Barat (148.758 ton) dan Sumatera Barat (36.276 ton) karena sebagai sentra produksi ikan mas.
Pasar ikan mas untuk ekspor hampir tidak ada karena sudah sepenuhnya diserap pasar lokal. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun maka sektor budidaya ikan mas merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah. Permintaan dari luar juga relatif sedikit sehingga Kementerian Kelautan dan Perikanan mengarahkan ikan mas untuk konsumsi domestik dimana konsumsi ikan mas paling tinggi di Provinsi Jawa Barat khususnya oleh restoran-restoran. Tingkat kebutuhan ikan konsumsi secara khusus untuk ikan mas belum tersedia tetapi tingkat konsumsi ikan secara nasional tahun 2009 mencapai 30 kg/kapita/thn. Sementara itu, industri pengolahan ikan mas masih sedikit karena pengusaha belum memiliki teknologi yang memadai untuk mengolah ikan mas. Hal itu juga disebabkan permintaan produk olahan ikan mas masih kurang bagus, karena masyarakat lebih suka membeli ikan mas dalam keadaan hidup atau masih segar.
Banyak pembudidaya ikan mas di KAD yang beralih ke sistem KJA (Keramba Jaring Apung) karena masih banyak hambatan budidaya ikan KDA dan KJA dianggap lebih efisien dan produktif. Hambatan ikan mas di kolam air deras (KAD) jika dibandingkan dengan budidaya sistem KJA:
Daya dukung lingkungan untuk KAD berkurang.
- Debit air di (KAD) minimal 100 liter/menit/m3 dan kualitas air sangat dipengaruhi oleh kondisi air hujan, selain itu debit air sungai di wilayah tertentu rata-rata menurun karena dimanfaatkan juga oleh banyak orang seperti irigasi pertanian dan kebutuhan rumah tangga.
- Ketersediaan air untuk KAD tergantung musim sedangkan di KJA tersedia sepanjang tahun. Pada saat musim hujan, air media menjadi keruh sehingga mempengaruhi kualitasnya.
- Ketersediaan oksigen di KJA masih tinggi, pergantian airnya bagus dan arus air tidak terlalu tinggi.
- Nilai efisiensi pakan di KJA berkisar 60 – 65% dibanding KAD yang berkisar 50 – 60% yang artinya pakan yang dikonsumsi KDA akan lebih banyak diserap menjadi nutrisi jika dibanding dengan ikan yang dipelihara di KJA. Ikan mas KAD memiliki FCR=1:1,8 lebih tinggi dibanding KJA memiliki FCR=1:1,2 sehingga pembudidaya KAD harus memelihara ikannya dengan ukuran besar, agar biaya operasional bisa tertutup. Selain efisiensi pakan, Dosis pakan yang diberikan sebanyak 4% bobot biomass/hari sedangkan Dosis pakan yang diberikan sebanyak 3% bobot biomass/hari.
- KJA karena tidak memerlukan pembelian tanah dan pembuatan kolam jika dibandingkan dengan KAD yang membutuhkan biaya konstruksi kolam yang kuat.
Faktor-faktor terpenting yang menjadi pertimbangan akan sangat berpengaruh dalam budidaya ikan mas KAD dalam rangka peningkatan produksinya yaitu:
- Debit air 100 liter/menit/m3 mampu menghasilkan oksigen terlarut (DO) yang tinggi sehingga dapat dilakukan penebaran yang tinggi dengan tingkat efisiensi pakan rendah. Sebagai contoh padat tebar ikan mas di kolam air tenang (KAT) dengan benih ukuran 7–9 cm (10 gram/ekor) sebanyak 5–7 ekor/m2 sedangkan untuk kolam air deras sebanyak 30 ekor/ m2 dengan ukuran 100 gr/ekor.
- Pada luasan yang sama, KAD dapat menghasilkan produksi lebih tinggi bila dibandingkan dengan KAT.
- Lokasi kolam sebaiknya di wilayah yang bersih dari hulu hingga hilir dan lokasi yang terjal serta aliran sungai terdapat riak yang besar, bukan dataran rendah yang tenang.
- Padat tebar, jika padat tebar terlalu tinggi akan terjadi persaingan untuk ukuran ikan yang tidak seragam di dalam memperoleh pakan sehingga kemungkinan mortalitas akan terjadi.
- Pakan yang diberikan harus bermutu baik, mengandung unsur hara yang diperlukan (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Tujuan utama dari kegiatan usaha budidaya ikan mas KAD untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu kegiatan tersebut tidak hanya sebatas memelihara ikan saja namun output dari ikan yang dihasilkan secara kuantitas dan kualitas serta kontinyuitas laku di pasar. Kendala-kendala dalam usaha budidaya ikan mas KDA terkadang menjadi salah satu momok bagi para pembudidaya. Beberapa kendala dalam budidaya ikan mas di kolam air deras:
- Budidaya ikan di kolam air deras membutuhkan debit air yang tinggi. Sementara itu debit air sangat dipengaruhi oleh kegiatan di sekitar lokasi budidaya antara lain untuk kegiatan irigasi pertanian dan kebutuhan rumah tangga. Debit air juga sangat tergantung pada musim.
- Penyakit yang sering menyerang ikan mas adalah KHV. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin maupun obatnya sehingga Indonesia belum dapat dinyatakan bebas KHV.
- Selain debit dan penyakit, benih merupakan masalah yang cukup serius karena budidaya ikan mas di KAD, Sediaan benih baik kuantitas maupun kualitas belum memenuhi persyaratan tujuh yaitu tepat, jenis, mutu, jumlah, tempat, ukuran, waktu & harga. Hal ini karena kebutuhan benih sebagian besar masih dipenuhi dari hasil usaha pembenihaan skala kecil dengan kualitas benih cenderung maih rendah, selain itu ketersediaan benih/ikan konsumsi disuatu wilayah pada umunya masih banyak yang didatangkan dari luar daerah, akibatnya biaya transport dan mortalitas selama pengangkutan menambah beban biaya produksi.
- Harga pakan ikan terus meningkat 2–3 kali sedangkan harga jual ikan terutama ikan air tawar meningkat kurang lebih 2 kali untuk pasar lokal sehingga kondisi ini menyulitkan pembudidaya untuk mengembangkan usaha.
Untuk mengatasi kendala-kendala budidaya ikan mas KDA tidak bisa dilakukan secara individual, tetapi membutuhkan peran pemerintah. Peranan pemerintah dalah hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam menangani kendala-kendala tersebut di atas:
- Monitoring pemantauan kesehatan ikan dan lingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi keragaan kualitas lingkungan perairan dan juga distribusi penyebaran penyakit
- Sosialisasi penanggulangan penyakit ikan baik berupa aspek teknis maupun aspek non teknis. Aspek teknisnya melalui salah satu UPT dilingkup DKP melalui Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan melakukan monitoring rutin untuk melakukan berbagai sosialisasi tentang penanganan penyakit ikan, penggunaan obat-obatan yang sesuai dengan penerapan CBIB dan juga untuk mendapatkan data status kondisi penyebaran penyakit ikan dan lingkungan yang ada
- Sosialisasi teknologi budidaya: pengaturan pola tanam, mengurangi padat tebar, polikultur dengan nila merah dan nilem

Read more: http://benihikan.net/category/teknologi/#ixzz2J1TPf6Yt

7 (Tujuh) Provinsi Penghasil Ikan Lele

7 (Tujuh) Provinsi Penghasil Ikan Lele

Lele yang memiliki nama ilmiah Clarias sp ini perkembangan produksinya secara nasional sangat baik. Selama lima tahun terakhir produksi lele terus meningkat. Pada tahun 2005 produksi nasional ikan lele sebesar 69,386 ton, tahun 2006 sebesar 77,332 ton, tahun 2007 sebesar 91,735 lalu tahun 2008 meningkat menjadi 114,371 ton dan pada tahun 2009 terus meningkat menjadi 144,755. Tahun 2010, angka sementara yang dipublikasikan produksi ikan lele dari hasil budidaya sebesar 273.554 ton.
Lele merupakan komoditas budidaya air tawar yang sangat digemari masyarakat. Rasanya yang enak dan gurih adalah salah satu alasan para penikmat ikan lele. Bahkan saat ini lele tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk utuhnya tapi juga sudah ada olahan ikan lele seperti abon, nugget, kerupuk kulit, bakso dan lain-lain.
Budidaya lele saat ini dapat diusahakan selain dalam wadah kolam, baik kolam terpal, kolam tanah maupun kolam semen, juga sudah berkembang pembudidayaannya di karamba, jaring apung dan budidaya sawah.
Budidaya lele di kolam terdapat hampir diseluruh wilayah Indonesia dan memang budidaya lele awalnya berkembang di kolam. Pada perkembangan selanjutnya budidaya lele dapat dibudidayakan di karamba. Beberapa daerah yang mengembangkan budidaya lele dengan wadah karamba, antara lain sumatera selatan, sumatera utara, Kalimantan Barat dan Jawa timur. Lele saat ini juga dapat dibudidayakan di karamba jaring apung. Jawa Barat adalah contoh provinsi yang dapat mengembangkan budidaya lele di jaring apung. Sedangkan budidaya lele di sawah pada umumnya hanya sampai pendederan walaupun ada juga yang mengembangkan sampai tahap konsumsi. Produksi ikan lele di budidaya sawah tertingginya terdapat di Sumatera Barat.
Perkembangan budidaya lele yang sangat baik ini didukung dengan produksi ikan lele yang cukup besar di beberapa provinsi yang menjadi sentra budidaya ikan lele. Tujuh diantaranya, yaitu :
1. Jawa Barat
Jawa Barat adalah provinsi yang dikenal dengan budidaya ikan air tawar. Di provinsi ini terdapat Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar yang terletak di Sukabumi. Produksi lele hasil pembudidayaan pada tahun 2009 provinsi Jawa Barat mencapai 48.044 ton. Lele di provinsi dibudidayakan di dalam wadah kolam baik kolam tanah, bak ataupun kolam terpal. Tidak hanya di kolam, disebagian wilayah Jawa Barat juga dikembangkan budidaya lele dengan sistem jaring apung dan budidaya sawah. Pada budidaya sawah umumnya lele dibudidayakan untuk pendederan ikan. Sentra budidaya ikan lele Provinsi Jawa Barat terletak di kabupaten Bogor dan Kabupaten Indramayu. Selain dua kabupaten tersebut, ada tiga kabupaten yang produksinya pada tahun 2009 mencapai di atas 1.000 ton. Ketiga provinsi tersebut yaitu kabupaten Subang, kabupaten Ciamis dan kabupaten Bandung.
2. Jawa Tengah
Provinsi yang terletak di pusat pulau jawa ini, pada tahun 2009 produksi ikan lelenya mencapai 28.290 ton. Sentra budidaya ikan lele di provinsi ini tersebar di beberapa kabupaten. Produksi ikan lele tertinggui di Jawa Tengah terletak di kabupaten Demak dan merupakan sentranya budidaya lele. Sentra budidaya lele lainnya terdapat di kabupaten Banyumas, Purbalingga, Sukoharjo dan Karang Anyar serta Boyolali. Budidaya lele di Jawa Tengah sebagian besar berasal dari budidaya kolam. Mulai tahun 2009 berdasarkan publikasi data statistik perikanan budidaya mulai berkembang budidaya lele di sawah. Selain dikaramba dan di kolam budidaya lele juga dikembangkan di karamba dan jaring apung.
3. Jawa Timur
Lele di provinsi Jawa Timur pembudidayaannya dilakukan di Kolam, karamba dan sawah. Produksinya dari ketiga jenis budidaya tersebut pada tahun 2009 mencapai 26.690 ton. Sentra budidaya lele provinsi Jawa Timur terletak di kabupaten Jombang dan kabupaten Tulung Agung. Kedua kabupaten inilah yang selama ini menjadi pemasok terbesar ikan lele Jawa Timur dari hasil budidaya. Selain kabupaten tersebut terdapat pula kabupaten Kediri, Nganjuk, Trenggalek dan Jember yang produksi di atas 1.000 ton pada tahun 2009.
4. D. I. Yogyakarta
Provinsi yang hanya memiliki 5 kabupaten ini ternyata tidak bisa dipandang remeh dalam hal pembudidayaan ikan. Tengok saja hasil produksi lelenya yang pada tahun 2009 berada di 4 besar penghasil ikan lele. Pada tahun 2009 lalu produksi ikan lele Yogyakarta mencapai 7.902 ton. Budidaya lele di provinsi Yogyakarta ini dilakukan dalam wadah kolam dan sebagian kecil pembudidaya yang mengembangkan budidaya lele di dalam Karamba. Seluruh kabupaten yang ada di provinsi ini mengembangkan ikan lele ini. Sentra produksi ikan lele terletak di kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo.
5. Sumatera Barat
Sumatera barat terkenal dengan budidaya ikan mas dan ikan nilanya yang sebagian berasal dari karamba jaring apung yang terdapat di Danau maninjau. Namun siapa sangkan walaupun perkembangan budidaya ikan lelenya tidak sepesat ikan mas dan nila, produksi ikan lele Sumatera Barat termasuk dalam lima besar nasional penghasil ikan lele budidaya. Produksinya pada tahun 2009 mencapai 7.292 ton. Lele yang dikenal mudah dalam pembudidayaannya ini, di provinsi Sumatera Barat dibudidayakan di kolam dan sawah. Sebagian pembudidaya juga mengembangkan ikan lele di karamba dan jaring apung. Sentra budidaya lele provinsi Sumatera Barat terdapat di kabupaten Pasaman dan kabupaten 50 Koto.
6. Lampung
Provinsi Lampung sebenarnya dikenal sebagai penghasil udang terbesar di Indonesia. Hal ini karena di provinsi ini terdapat dua perusahaan yang melakukan pembudidayaan udang vaname. Akan tetapi hasil budidaya air tawarnya juga sangat baik utamanya ikan lele. Produksi ikan lele provinsi Lampung pada tahun 2009 mencapai 5.572 ton. Lele di provinsi ini dibudidayakan di dalam wadah kolam dan terdapat di setiap kabupaten/kota provinsi Lampung. Sentra budidaya ikan lelenya berdasarkan laporan statistik provinsi lampung yang diterbitkan tahun 2010 terdapat di kabupaten Tanggamus, kabupaten Lampung Timur dan kota Metro.
7. Riau
Provinsi Riau termasuk provinsi yang perkembangan budidaya air tawarnya cukup baik. Pada tahun 2009, provinsi ini produksi ikan lelenya sebesar 3.835 ton yang berasal dari budidaya kolam dan jaring apung. Sentra produksi ikan lele provinsi Riau terdapat di kabupaten Kampar yang memang dikenal sebagai sentranya budidaya air tawar dan penghasil ikan hasil budidaya nomor satu di provinsi Riau. Sentra budidaya ikan lele terletak di kampar namun seluruh kabupaten/kota yang ada di provinsi ini juga mengembangkan ikan lele.
Ketujuh provinsi inilah penyumbang produksi ikan lele terbesar di Indonesia pada tahun 2009 dan diharapkan dengan target produksi tahun 2011 yang sebesar 366.000 ton dapat dicapai dengan peningkatan produksi dari ketujuh provinsi ini.
Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya

Read more: http://benihikan.net/lele/7-tujuh-provinsi-penghasil-ikan-lele/#ixzz2J1HTmsh0

Petani Lampung Barat Budidayakan Lele

Petani Lampung Barat Budidayakan Lele


Liwa, Lampung (ANTARA News) – Masyarakat Lampung Barat mulai membudidayakan ikan lele sebagai lahan usaha sampingan selain menjadi petani.
“Sudah setengah tahun saya membudidayakan lele, dan hasil panen perdana pendapatan saya meningkat, sehingga saya mengembangkan lebih luas area kolam pembesaran lele,” kata masyarakat Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat, Warsono (39) di Way Tenong, Rabu malam
Dia menerangkan, budidaya lele mudah dan menguntungkan.
Menurut dia, penurunan panen kopi dapat ditutupi dengan hasil budidaya lele.
“Budidaya lele menjadi pilihan yang baik bagi petani kopi, sebab dampak dari penurunan panen membuat pendapatan petani menurun, beruntung arahan pemkab mengajak petani untuk menjadi pembudidaya pemula dilakukan, dan akhirnya petani dapat kembali bangkit dengan mengembangkan bidang perikanan, sehingga dampak penurunan panen kopi dapat ditanggulangi,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Barat, Nata Djudin amran mengatakan, pemkab tengah berupaya menarik minat masyarakat untuk menggalakan budidaya lele.
“Budidaya lele cukup potensial dikembangkan di Lampung Barat, sehingga menjadi peluang usaha bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan,” kata dia.
Dia menjelaskan, kebutuhan lele di masyarakat tinggi setiap harinya.
Nata menuturkan, membudidayakan lele tidak banyak mengeluarkan modal begitu besar.
“Budidaya lele menjadi solusi bagi masyarakat guna menanggulangi dampak penurunan panen kopi, selain itu semakin berkembangnya budidaya lele di Lampung Barat, maka kebutuhan lele di pasaran dapat terpenuhi dengan baik,” katanya.
Kemudian Kepala Dinas itu menuturkan, pemerintah terus melakukan pembinaan kepada masyarakat agar target peningkatan panen lele dapat tercapai.
Budidaya ikan lele menjadi pilihan alternatif masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Lampung Barat sendiri menjadi wilayah yang terdapat perairan seperti danau, sungai dan rawa, sangat potensial dikembangkan budidaya ikan air tawar.
Pemerintah daerah sendiri menargetkan sekitar 80 ton per tahun panen ikan untuk budidaya pemula, dan terlihat target yang ditetapkan tersebut dapat terealisasi, melihat dari jumlah panen perdana mencapai 30 persen lebih.
Budidaya lele semakin diminati masyarakat terutama petani kopi, sebab menekuni usaha budidaya ikan ini petani tidak banyak mengeluarkan modal, akan tetapi hasil yang didapat mampu menutupi kebutuhan, harga ikan lele di sejumlah pasar di Lampung Barat mencapai Rp19.000 per kilogram

Harga Pakan Ternak Yang Terus Naik

Harga Pakan Ternak Yang Terus Naik

 

 Sehubungan dengan adanya protes dari Bang Ipoel pada tulisan "Harga Pakan Ikan Lele Suramadu Per September 2011" yang mengutarakan kebingungannya. Disebutkan kebingungan tersebut dikarenakan ada perbedaan harga antara yang tertera di listing dengan harga saat Bang Ipoel membeli langsung di tempat kami. Untuk itu kami memohon maaf atas ketidaknyamanannya. Dan dalam kesempatan ini pula perlu kami jelaskan alasannya.Terakhir kami mempublikasikan harga pakan pada tanggal 29 Mei 2012 yang berlaku sampai dengan 30 Juni 2012. Harga yang dipublish adalah tetap (sama dengan harga bulan September 2011). Namun setelah itu, kami belum berani mempublish harga pakan ikan terbaru yang kami jual di situs ini. Hal ini dikarenakan harga pakan ternak apapun bergolak tidak karuan, naik terus tanpa bisa diterka. Bahkan dalam sebulan, perubahan harga dari pabrik-pabrik feedmill, bisa sampai 4 kali. Alasannya karena mengikuti kenaikan harga gas industri, bahan mentah, tepung ikan, kurs dolar serta listrik. Pabrik feed mill juga tidak sungkan menaikkan berulang kali harga pakan ternak terutama harga pakan ikan karena dirasa momentumnya tepat. Saat musim kemarau ini, harga ikan budidaya otomatis naik, sebagai akibat kelangkaan suplai karena mengeringnya banyak kolam dan tambak. Jadi saat seperti inilah, adanya keberatan akan kenaikan harga pakan ikan pabrik tersebut bisa diminimalisir. Kami juga menunda mempublish harga pakan terbaru karena saat info harga terkini didapat, kenyataan dilapangan, barangnya tidak ada alias lagi kosong. Kalau punya modal besar, memang menguntungkan jika menimbun pakan sebelum terjadi kenaikan harga. Oleh karenanya, kepada Bang Ipoel dan mitra-mitra lainnya, untuk mendapatkan informasi harga pakan di lele suramadu, sementara ini, bisa langsung telepon kami atau langsung datang ke tempat kami. Tidak usah ragu, kami tetap menjual pakan ikan dengan harga sangat murah seperti sebelum-belumnya. Nanti pada saatnya, ketika turbulensi sudah reda, kami akan mempublikasikan harga pakan ikan lele terbaru kami disini. Mohon dimaklumi.sumber lele suramadu

Tips menghadapi musim hujan

Tips menghadapi musim hujan


Penyakit yang sering menyerang ketika musim hujan adalah pseudomonas dengan ciri mulut dan ekor berwarna putih, lendir habis, terjadi kematian pelan tapi pasti (habis bila tidak segera ditangani)
  1. Main air dengan kedalaman min. 60cm (semakin dalam semakin bagus). Jangan pernah main air baru, usahakan air sudah siap 5-7 hari sebelumnya (karena fluktuasi PH air hujan tidak akan mudah berpengaruh terhadap air yang sudah lama).
  2. Usahakan beri probiotik, apapun merknya selama kualitasnya bagus. (air yang bagus berwarna hijau cerah atau coklat seperti air teh)
  3. Bila terjadi hujan yang sangat deras sampai warna air kolam berubah, ketika hujan reda, usahakan buang air permukaan 20-50% utk membuang sisa air hujan.. jangan lupa kasih garam untuk menetralisir pengaruh air hujan (dosis 5 ons utk 2x4-5 mtr kolam).
  4. Tebari daun ketapang dan mengkudu yang sudah tua ke dalam kolam sebagai antibiotik alami.
  5. Main buka tutup kolam untuk mengurangi efek air hujan.
  6. Terakhir adalah pakan.. usahakan pakan jangan terlalu banyak (puasakan ikan bila habis turun hujan, meski nafsu makan ikan sangat tinggi)
  7. Selalu campur pakan dengan antibiotik alami seperti jahe, kunir, mengkudu..
Selamat mencoba..good luck..

Note :
Untuk mengatasi red spot dan white spot, coba ambil buah mengkudu yang matang sebanyak-banyaknya. Diparut atau diiris kecil-kecil... direndam didalam air yang diberi probiotik selama 1x24 jam. Kemudian sebarkan secara merata berikut air rendamannya. Untuk kolam ukuran 10m3, berikan air rendaman 3-5 buah mengkudu. Lakukan selama 3 hari berturut-turut. Lakukan treatment air selama 3 hari juga, ganti air 30% setiap hari. Selama proses penyembuhan, ikan dipuasakan... Bisa juga dengan menggunakan kulit luar buah mahkota dewa yang dikeringkan. Caranya sama: rendam kulit luar buah dgn air yang diprobiotikkan, langkah berikutnya sama.

Semoga bermanfaat…sumber pondok lele

Perbedaan Lele Sangkuriang Dengan Lele Dumbo

Perbedaan Lele Sangkuriang Dengan Lele Dumbo


Sekilas tidak ada perbedaan yang menonjol dengan indukan lele dumbo, tapi akhirnya terlihat jelas sekali perbedaan yang cukup signifikan, yaitu:
1. Dibagian kepala ada bintik-bintik putih (bukan kerena "white spot"), sedangkan di dumbo hitam pekat. 
2. Bagian kepalanya juga sedikit rada melekuk kebawah.
3. Ada seperti gambar garis-garis putih dibagian kepala.
4. Dari leher hingga buntut tidaklah terlalu ada perbedaan dengan lele dumbo.
Yang telah dituliskan di atas adalah perbedaan indukan, sekarang perbedaan benihnya:
1. Kepala lebih bulat, tidak terlalu kedepan.
2. Kulitnya terlihat coklat, seperti coklat batangan.
3. Pertumbuhannya lebih cepat dibanding Lele pada umumnya.
Secara fisik antara lele sangkuriang dengan lele dumbo biasa nyaris tidak ada bedanya. Kepala berbentuk pipih ke bawah, bagian tengah badan berbentuk membulat, dan bagian belakang tubuh cenderung pipih ke samping.
Semoga menambah wawasan…
  brbagai sumber
 
Copyright © . MITRA FISH PRINGSEWU - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger